Begitu bangun tidur, Rasulullah mengajarkan berdoa:
'Alhamdulillaah, alladzie ahyaanaa, ba'da ma amaatana, wa ilaihinnusyuur'
Segala puji bagiMu ya Alloh, yang telah menghidupkan kembali diriku setelah kematianku dan hanya kepadaMu nanti kami semua akan berpulang.
Betapa indah dan dalamnya pesan doa ini, bahwa setiap pagi adalah hari
kelahiran sebagaimana malam adalah malam kematian.
Begitu terlahir kembali yang pertama diucapkan adalah rasa syukur pada Allah
dan kemudian dilanjutkan
dengan salat Subuh.
Salat Subuh adalah awal kehidupan baru dimulai.
Apapun yang kita lakukan, kemanapun kaki melangkah tetap yang menjadi
tujuan adalah keridhaan Alloh.
Demikianlah, ketika kesadaran batin itu selalu tertuju pada Alloh dan selalu
menjaga kondisi itu agar tetap tidak menjauh dari orbit Ilahi, Rasululloh
mengajarkan untuk melakukan salat Zuhur, Asar, Magrib dan kemudian Isya.
Ritual salat idealnya lebih dari sekedar peristiwa fisik dan mengulang bacaan doa.
Salat juga adalah sebuah peristiwa emosional-spiritual ketika raga-diri yang
fitri dan jiwa-ikhlas bertemu Alloh Yang Maha Pengasih.
Jiwa, ruh kita sesungguhnya setiap saat selalu ingin memperoleh kedamaian
ketika merasa dekat dengan Yang Maha Damai [QS Ar Ra'du; 13:28]
Sayangnya daya tarik emosi, pikiran dan kenikmatan fisik lebih dominan
sehingga kenikmatan jiwa sewaktu salat sulit diraih.
Padahal jika kita lebih intens menghayati, maka setiap hari adalah hari kelahiran
dan juga hari kematian.
Setiap hari pula hendaknya kita melakukan pesta tasyakuran dan doa pertobatan pada Alloh.
Sungguh manusia terlalu lemah sebagaimana tergambar sewaktu tidur karena
tidak bisa menguasai dirinya sendiri bahkan kita tidak sanggup menentukan
judul mimpi yang kita inginkan.
Selamat berulang hari, semoga panjang dan berkah selalu umurnya.
Everyday is our birthday. Be cheerful and let's share happiness! -[lm-22]
[Buku Psikologi Kematian - Komaruddin Hidayat Rektor UIN Syarif Hidayatullah]
0 komentar :
Posting Komentar