Pada dekade limapuluhan, berbagai gerakan dakwah sibuk membuktikan (kepada masyarakat) kecocokan Islam (dengan kehidupan). Setelah itu mengarah kepada meyakinkan (masyarakat) akan keunggulan Islam terhadap berbagai ideologi lainnya. Namun pergerakannya masih seputar penjelasan global dan belum sampai kepada kematangan aktivitas dan keluar dari tataran teori. Sebagai contoh sederhana, gerakan dakwah belum mampu melahirkan alternatif dalam bidang penyusunan silabus pendidikan tingkat universitas berdasarkan pandangan Islam, padahal kebutuhan kita sangat mendesak dalam semua bidang, khususnya dalam studi bidang sosial.
Untuk mewujudkan alternatif tersebut bukanlah pekerjaan sosial (charity) yang boleh dikerjakan pada waktu-waktu luang/sisa oleh sebagian pribadi yang hanya memiliki semangat. Akan tetapi menjadi kewajiban bagi sebagian ulama yang spesialis dengan full time. Gerakan dakwah sudah saatnya melahirkan beberapa institusi pendidikan/akademis yang berkualitas tinggi untuk melakukan berbagai ijtihad dalam berbagai lapangan.
Pekerjaan tersebut juga tidak mungkin didelegasikan kepada beberapa ulama yang menonjol saja. Harus menjadi konsentrasi/upaya jama’i (team). Pekerjaan spesialisasi, dengan biaya yang memadai dan meletihkan serta memerlukan waktu. Sebuah pekerjaan yang terus menerus di mana tidak cukup dengan bersandar kepada para simpatisan yang respek secara spontan.
Inilah syarat untuk memulai sebuah kebangkitan peradaban raksasa umat ini. Tanpa hal tersebut, maka keunggulan sistem Islam hanya sebatas kepuasan emosional. Kita membutuhkan percontohan Islami (dalam dunia nyata) yang hidup dan memberikan cahaya yang akan menarik Barat dan di Timur ke arah peradaban Islam.
Kegairahan para insinyur, dokter dan ilmuan di bidang ilmu pengetahuan alam (eksakta) lainnya untuk berharokah melebihi ulama ilmu sosial menafsirkan hal tersebut, karena pengetahuan yang bersifat global yang menarik cukup membuat mereka (ilmuan dalam bidang eksakta) puas dan diterima dengan logika dan ketinggian, keluasan dan akhlak Islam. Sementara para Imuan sosial yang spesialis itu memerlukan detail untuk sampai kepada kepuasan.
Sebab itu, pola penyampaian Islam secara global (apalagi tidak ada contoh prakteknya), tidak cukup untuk menarik mereka ke pangkuan Islam. Ini bukanlah kondisi normal atau sehat. Kita tidak akan mampu melakukan take off peradaban manusia ini kembali sehingga kita melihat mayoritas pemimpin gerakan dakwah itu dari kalangan para ilmuan sosial yang sangat spesialis.
(http://www.eramuslim.com/manhaj-dakwah/virus-gerakan-dakwah/kelemahan-ke-9-alternatif-islami.htm)
0 komentar :
Posting Komentar