Memberi

Label: , ,

Oleh Dr A Ilyas Ismail

Memberi (giving) sesungguhnya merupakan pangkal kebahagiaan.
Sebaliknya, meminta atau menuntut (getting) merupakan sumber
keresahan. Kalau kita memberi, kita akan merasa lega dan gembira,
sedangkan kalau kita menuntut, apalagi jika tuntutannya besar dan tak
dipenuhi, kita akan merasa jengkel dan kecewa. Itu sebabnya agama
(Islam) menyuruh kita agar memberi bukan meminta.



Memberi merupakan sunnatullah dan watak dari alam semesta. Perhatikan,
misalnya, matahari, bumi, tumbuh-tumbuhan, sungai, dan lautan; mere ka
semuanya hanya memberi, tak pernah meminta apa pun dari kita. Allah
SWT sendiri adalah Tuhan Yang Maha Pemberi. "Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi
Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Tuhan Maha pemberi." (QS Ali
Imran [3]: 8).

Hukum memberi (the law of giving) ini mengajarkan kepada kita paling
tidak tiga hal.

Pertama, apa yang kita tanam, itu pulalah yang kita tuai. "Man zara'a
Hashada," kata pepatah Arab. Benar sepenuhnya, adagium lama yang
menyatakan, "Siapa menabur angin, ia akan menuai badai." Ini merupakan
ketetapan Allah (sunnatullah) yang tidak akan pernah berubah.

Kedua, kalau kita memberi (giving), pasti kita akan mendapat
(getting). Diakui, manusia sering berpikir pendek dan terjebak pada
logika materialisme sempit, yang seolah-olah kalau kita memberi, ada
sesuatu yang hilang dari kita. Hal yang sebenarnya tidaklah demikian.
Apa yang kita berikan tidak pernah hilang. Ada semacam kekekalan
energi di situ. "Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di
sisi Allah adalah kekal." (QS Al-Nahl [16]: 96).

Ketiga, kita perlu membudayakan kebiasaan memberi bukan meminta.
Memberi dahulu, baru kemudian kita mendapat. Ungkapan take and give
(mendapat dan lalu memberi) yang populer dalam masyarakat kita,
mungkin perlu diganti dengan ungkapan, "give and receive" (memberi dan
lalu mendapat).


Apa yang kita berikan tidak selamanya berarti harta dan kekayaan kita
(fisik-material). Kita bisa memberikan hal-hal lain yang kita miliki,
misalnya tenaga, pikiran, ide dan gagasan, serta doa, atau mem berikan
perhatian, cinta, dan kasih sayang. Pemberian dalam bentuk yang
terakhir ini, menurut penyair Khalil Gibran, justru merupakan
pemberian yang sungguh besar dan penuh makna.

Memberi tak boleh dilakukan karena pertimbangan bisnis (QS
Al-Muddatstsir [74]: 6), tetapi karena pertimbangan kebaikan (QS Ali
Imran [3]: 92). Memberi juga bukan solusi menang menang (win-win
solution), melainkan jalan keluar menuju kebesaran (greatness) dan
kebahagiaan (happiness) abadi di dunia dan akhirat. Wallahu a'lam.

1 komentar :

  1. PHOBI KEVIN mengatakan... :

    Mantap gan.. memang kita harus lebih banyak memberi sebelum meminta kepada orang lain. kunjungi juga blog ane di www.phobikevin.com

Posting Komentar