Hati

Label: , ,

"Perumpaman hati adalah seperti bulu yang dibolak-balikkan oleh angin di tanah lapang"


Al-Qalb (hati) adalah cerminan pribadi setiap manusia. Bagaimana ajaibnya hati dapat kita lihat dari ungkapan sehari-hari "Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu".
Hati menjadi tolak ukur kalitas manusia, seperti terungkap dalam ungkapan-ungkapan berhati emas, berhati baja, dan sebagainya.

Hati juga yang menentukan baik-buruknya akhlak seseorang. Ia menjadi penentu seluruh "keberesan" kerja anggota tubuh manusia, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, "Dari 'Amir berkata: Aku mendengar Nu'man bin Basyir berkata, 'Aku mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya, jika ia rusak, maka rusak pua seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumal daging itu ialah hati." (Shahih al-Bukhari)


Hati ibarat pisau bermata dua. Ia bisa menjadi organ tubuh yang paling taat pada-Nya atau menjadi organ yang paling suka bermaksiat. Ia mendorong pemilik-Nya untuk mengorbankan jiwa rag demi membela agama atau membujuknya untuk menjadi pecundang. "jika ia baik maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad", demikian sabda Rasulullah Shol'am. Hati berkuasa penuh atas jasad serta mengendalikannya sesuai keinginannya.

Kalau kita kaji lagi, kata al-Qalb sendiri mengandung beberapa pengertian makna. Secara etimologis, al-Qalb berarti bolak-balik. Hal ini sesuai dengan ciri dari al-Qalb (hati) itu sendiri yang memiliki sifat tidak konsisten dan berbolak-balik (senantiasa berubah-ubah).

Dalam bahsa Arab, istilah al-Qalb sebenarnya digunakan untuk menyebut banyak hal seperti jantung, isi, akal, semangat keberanian, bagian dalam, bagian tengah, dan untuk menyebur sesuatu yang murni (Ahmad Mubarock: Pendakian Menuju Allah) dan bukan digunakan untk menyebut organ tubuh yang kita kenal sebagai hati. Sementara untuk penyebutan organ hati itu sendiri, mereka menggunakan istilah "al-kabid".

Sedangkan al-Ghazali membedakan makna al-Qalb menjadi dua. makna pertama, al-Qalb adalah sepotong daging yang berbentuk buah 'sanubar' yang terletka di bagian kiri dada, di dalamnya terdapat ronga berisi darah hitam. Dalam bahasa Arab, 'sanubar' berarti pohon cemara atau sejenisnya yang mempunyai bentuk seperti jantung manusia. Kata ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi 'sanubari' yang digunakan untuk menunjukkan perasaan hati yang paling mendalam.

Sebenarnya terjemahan yang paling tepat (dalam bahasa Indonesia) untuk kata al-qalb ini adalah jantung. Namun telah menjadi kebiasaan kita mengunakannya untuk menjelaskan tentang perasaan yang ada di dalam hati kita. Thoyyib, secara fisik, hati merupakan salah satu organ tubuh manusia dan hewan yang sangat penting.

Makna kedua, al-qalb adalah (hati) sebuah 'lathifah' (sesuatu yang sangat halus dan lembut, tidak kasat mata, tak berupa dan tak dapat diraba) yang bersifat 'Rabbani Ruhani' (bekaitan dengan sifat Ilahiah/Rabb dan ruh). lathifah tersebtu sesungguhnya adalah jati diri manusia.

Hati bukan hanya dapat merasakan. hati adalah tempat bergantungnya kemunafikan sebagaimana bergantungnya keimanan. Tak jarang rasa sakit hati timbul jika seseorang menyakiti kita. Hati adalah raja. Seluruh jasad adalah pelaksana titah-titahnya. Aktivitasnya tidak dinilai benar jika tidak diniatkan dan dimaksudkan oleh sang hati. di kemudian hari, hati akan ditanya tentang para prajuritnya karena setiap pemimpin itu bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnnya.

Fungsi utama dari hati (dalam pengertian non fisik) adalah sebagai alat untuk memahami realitas dan nilai-nilai seperti yang disebutkan dalam QS. al-Hajj/22: 46

"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telingan yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada."

Dalam ayat tersebut. al-qalb mempunyai potensi yang sama dengan akal. Dengan demikian, al-Qalb dapat memutuskan atau melakukan sesuatu secara sadar. Dari potensi inilah maka yang harus dipertanggungjawabkan manusia kepada Allah SubhanaHu Wa Ta'ala adalah apa yang didasari oleh "al-Qalb".

Wallahu'alam bishawab

0 komentar :

Posting Komentar