Mungkin kita semua tahu Negara pertama yang mengakui keadulatan Indonesia sebagai negara merdeka ialah Mesir (tahun 1946 tanggal 22 maret).. dan kita juga tahu bahwa di balik keberanian Mesir menyatakan Indonesia sebagai negara Berdaulat ialah “Ikhwanul Muslimin”, sebuah pergerakan yang menginspirasi kaum muslimin di seluruh dunia, di bawah komando As-Syahid Hasan Al-Banna.
Tapi selain itu ada yang belum kita ketahui mengenai peran diplomasi pengakuan kemerdekaan Indonesia di mata Internasional… ternyata ada satu pimpinana negara yang gigih memberi dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia, negara itu PALESTINA, Ya. Palestina Negara yang saat ini belum merdeka dari penjajah Zionis israel, memang ironis.. negri nya sendiri belum merdeka! Tetapi Itulah Ukhuwah…..
Berikut ini adalah artikel ‘sejarah’ mengenai Peran nyata Palestina dalam Perjuangan kemerdekaan Indonesia,
smoga bisa terus mengingatkan kita akan nasib saudara kita yang saat ini sedang tertindas ditanahnya sendiri dan terus menginatkan kita, bahwa kita masih punya “Hutang” :
“Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia!”
M. Ali Taher (Pemimpin Palestina).
Palestina melalui Syekh Muhammad Amin Al-Husaini (Mufti Besar Palestina) dan Muhammad Ali Taher (Pemimpin Palestina) sangat bersimpati dengan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Suatu hari Muhammad Ali Taher menarik M. Zein Hassan ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia (wadah perjuangan diplomasi revolusi kemerdekaan Indonesia di luar negeri) ke Bank Arabia, mengeluarkan semua uangnya yang tersimpan di bank itu dan kemudian memberikannya kepada ketua Panitia Pusat tanpa meminta tanda bukti penerimaan. (Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar negeri, hal 247)
Syekh Muhammad Amin Al-Husaini seorang ulama yang kharismatik, mujahid, mufti besar Palestina begitu kuat mendukung kemerdekaan Indonesia, walaupun pada saat itu beliau sedang berjuang melawan imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai kota Al-Quds, Palestina.
Artikel dibawah ini tulisan H. Ferry Nur tentang sosok Muhammad Amin Al-Husaini, Mufti Besar Palestina.
Bisa kita lihat beberapa foto dokumentasi beliau dalam perjuangan membela kemerdekaan Indonesia. Saya scan dari buku yang diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator & Wapres pertama RI) , M. Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan), dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution.
Muhammad Amin Al-Huseini dan Kemerdekaan Indonesia
oleh: H. Ferry Nur S.Si.
Syekh Muhammad Amin Al-Husaini seorang ulama yang kharismatik,
mujahid, mufti Palestina yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap kaum muslimin serta negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia, walaupun pada saat itu beliau sedang berjuang melawan imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai kota Al-Quds, Palestina.
Beliau memiliki nama lengkap Muhammad Amin bin Muhammad Thahir bin Musthafa Al-Husaini gelar Mufti Falestin Al-Akbar (Mufti Besar Palestina), lahir di Al-Quds pada tahun 1893. Diangkat menjadi mufti Palestina pada tahun 1922 menggantikan saudaranya Muhammad Kamil Al-Husaini. Sebagai ulama yang berilmu dan beramal, memiliki wawasan yang luas, kepedulian yang tinggi, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini mengetahui dan merasakan penderitaan kaum muslimin di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia akibat penjajahan yang dilakukan kaum kolonial.
Dukungan terhadap kaum muslimin dan negeri-negeri muslim untuk merdeka dari belenggu penjajahan senantiasa dilakukan oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, termasuk dukungan bagi kemerdekaan Indonesia. Ketika tidak ada suatu negara dan pemimpin dunia yang berani memberi dukungan secara tegas dan terbuka terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia, maka dengan keberaniannya, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini mufti Palestina menyampaikan selamat atas kemardekaan Indonesia.
M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, di dalam bukunya yang berjudul Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, Penerbit Bulan Bintang Jakarta, 1980, hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Syekh Muhammad Amin Al-Husaini secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia:
“Sebagai contoh, pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan.”
Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini. Sehingga tidak mengherankan ada suara yang sumir, minor, bahkan sinis ketika ada anak negeri ini membantu perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka, membebaskan tanah airnya dan masjid Al-Aqsha dari belenggu penjajah Zionis Israel.
“Kenapa kita mikirin negeri Palestina? Negeri sendiri saja bayak masalah!”. Itulah ungkapan orang yang egois, orang yang berpikiran parsial, orang yang wawasannya hanya dibatasi teritorial yang sempit. Kalimat tersebut di atas merupakan gambaran orang yang tidak pandai bersyukur, orang yang tidak pandai berterima kasih, ibarat pepatah mengatakan, ”seperti kacang lupa dengan kulitnya”.
Di sinilah pentingnya mengenal dan mengetahui sejarah, sehingga tidak mudah dibodohi orang, ada kata-kata hikmah, “orang yang tahu sejarah akan punya ‘izzah”.
“Orang yang paling banyak bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling banyak berterima kasih kepada manusia”. (HR Thabrani).
“Tidak dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia”.(HR Abu Daud).
Seharusnya kita berfikir dan merenung, kenapa Indonesia, negeri yang subur dan memiliki sumberdaya alam yang melimpah, sumber daya manusia yang potensial tidak dapat memberikan kesejahteraan kepada rakyat? Mungkin salah satu sebabnya adalah karena kita tidak pandai bersyukur, tidak pandai berterima kasih.
Perhatikanlah peringatan Allah dalam Al-Qur’an: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”(QS: Ibrahim/14:7).
Setelah berjuang tanpa kenal lelah, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini wafat pada tanggal 4 Juli 1974, di makamkan di pekuburan Syuhada’, Al-Maraj, Beirut, Libanon. Kaum muslimin dan tokoh pergerakan Islam menangisi kepergian ulama pejuang, pendukung kemerdekaan Indonesia, mufti pembela tanah waqaf Palestina, penjaga kemuliaan masjid Al-Aqsha. Semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahannya, menerima amal jihadnya dalam membela tempat suci kaum muslimin, kota Al-Quds.
H. Ferry Nur S.Si, Sekjen KISPA
Good work!! Lanjutkan!!